Media Banjarmasin
Beranda Berita The 6th International Religious Leader Conference

The 6th International Religious Leader Conference

Agenda KTT Perdamaian Dunia HWPL, September 19th, 2023 diawali pada (Religious Peace Academy (RPA) : Platform for Comparative Studies on Scriptures. Acara dimulai dengan pembukaan narasi terkait perdamaian dunia dipandang dari sudut kerberagaman agama di dunia.

Incheon, Korea Selatan –  Agenda KTT Perdamaian Dunia HWPL, September 19th, 2023   diawali pada (Religious Peace Academy (RPA) : Platform for Comparative Studies on Scriptures. Acara dimulai dengan pembukaan narasi terkait perdamaian dunia dipandang dari sudut kerberagaman agama di dunia. Betapa agama mempunyai peran penting dalam terciptanya perdamaian di dunia.Budaya surgawi tidak saja terbatas pada ritual dan pernyataan semata tetapi bagaimana inti dari keimanan dapat menjadi alat untuk terciptanya perdamaian.

Pada pemaparan tema ini Imam Ibrahima Doumba dari sudut pandang islam mengusung tema : Expansion of comparative scriptural knowledge : HWPL WARP offcoce and religious peace academy, beliau mengatakan bahwa sebelumnya dia pernah tinggal berdampingan dengan tetangga yang memiliki beragam kepercayaan di Grand-Bassam, meskipun kami berbeda keyakinan, anak-anak di lingkungan tersebut memiliki ikatan yang erat dan bersekolah serta beribadah ditempat berbeda. Namun, perbedaan langsung terlihat ketika krisis ekonomi mengguncang pada tahun 2002-2010 sehingga menciptakan ketegangan antar keyakinan.

“Saya kemudian menyadari betapa pentingnya mendekatkan masyarakat dan kepercayaan sehinga dapat memainkan peran penting dalam meredakan konflik dan menyelamatkan nyawa. Selain itu, saya memahami pengaruh signifikan agama terhadap para pengikutnya.”

Senada dengan Mr Ibrahim, Venerable Phra  Sithawatchatchamethi – Pemuka agama Budha mengangkat topic : Fostering The culture of Studying Other Scriptures to Archieve Religioun Peace and Roles of Religious Leaders, menyampaikan pandangannya perdamaian dari sudut pandang sudut agama budha. Sebelumnya beliau menjelaskan bahwa beberapa tahun terakhir mereka telah bekerja sama dengan Biara Nomuun menjadi pusat komplek agama tentunya dipadu dengan mempersembahakan tradisi-tradisi Buddha dari Mongolia.

Semua agama mengenal kehendak Tuhan dan berusaha mengikutinya. Dan kehendak Tuhan dapat diketahui melalui kitab suci. Ada banyak kegiatan lintas-agama lainnya, tetapi HWPL istimewa dalam hal berkomunikasi dengan agama-agama lain berdasarkan kitab suci.

Melalui kegiatan-kegiatan ini, kita akan dapat menghidupkan kembali budaya toleransi agama dan komunikasi, seperti yang terjadi pada Pax Mongolica, dan mengembalikan kehendak Tuhan sesuai dengan kitab suci yang dapat dipercaya.”

Untuk menghidupkan kembali budaya religius yang damai ini, Biara Sain Nomuun bersama-sama menjadi tuan rumah Forum Keagamaan Mongolia yang bertajuk “Solidaritas Pemimpin Agama” pada tanggal 20 Juni untuk mengumpulkan berbagai orang beragama di Mongolia.

Melalui acara ini, orang-orang beragama Mongolia sekali lagi menyadari bahwa ada ajaran-ajaran agama di balik sejarah bangga Mongolia. Selain itu, orang-orang beragama Mongolia diingatkan akan misi mereka untuk memberitahukan warga tentang budaya religius yang damai dalam solidaritas.

The Most Rev. Antonio J Ledesma , sosok agamawan Katholik Archbishop-Emeritus of Archdiocese of Cagayan De Oro, Philippines, menyerukan pesan perdamaian bagaimana para penganut agama Islam dan Kristen dapat duduk bersama berbicara terkait perdamaian. Karena agama adalah bagiaman manusia percaya kepada Tuhan sebagai sang pencipta.

“Pada tahun 2013, satu dekade yang lalu, saya terlibat dengan HWPL, pengalaman yang masih jelas dalam ingatan saya. Pada saat itu, saya berkesempatan bertemu dengan Ketua Lee Man-hee di Filipina. Saya dengan jelas mengingat saat saya berbagi saran kepada Ketua Lee untuk memperluas upayanya dalam menciptakan perdamaian di Mindanao.

Dengan senang hati, beliau segera mengambil tindakan terhadap usulan saya. Tanggapan proaktif ini menghasilkan hasil yang luar biasa pada tanggal 24 Januari 2014, ketika HWPL memainkan peran kunci dalam apa yang sekarang diakui sebagai “Perjanjian Perdamaian Mindanao.”

Perjanjian simbolis ini terjadi di Kota General Santos dan membawa bersama-sama Uskup Fernando R. Capalla, sebagai perwakilan komunitas Kristen, dan Gubernur Esmael G. Mangudadatu, yang mewakili komunitas Islam. Peristiwa penting ini menekankan kekuatan kolaborasi dan dialog dalam mempromosikan perdamaian, dan menjadi awal dari upaya perdamaian HWPL di Filipina.

Enam tahun kemudian, selama kuartal pertama tahun 2019, Wilayah Otonom Bangsamoro di Muslim Mindanao (BARMM) dibentuk di Pulau Mindanao di selatan Filipina. Dengan demikian, ini merupakan pencapaian Perjanjian Perdamaian Bangsamoro, penutup dari proses perdamaian yang berlangsung lama sejak tahun 1960-an yang bertujuan untuk mengakhiri konflik berskala kecil antara kelompok-kelompok bersenjata Muslim dan militer Filipina.

Sebagai Pimpinan tertinggi HWPL yang memprakarsai Perdamaian Dunia, berulang-ulang Mr Man Hee Lee mengatakan, bahwa Manusia tampaknya mendekati saat di mana pemimpin agama dapat menyelamatkan dunia. Hanya pemimpin agama dan umat beragama sejati yang dapat bersatu untuk kebaikan umat manusia, dan bahkan, surga akan mengakui ini ketika pemimpin agama berbagi pengetahuan agama mereka dan memahami satu sama lain dengan lebih dalam.

Kami berharap ketika bergabung dengan HWPL untuk perdamaian. Sehingga impian perdamaian yang diinginkan selama ini dapat menjadi kenyataan.Kemudian Mr Lee memberi apresiasi kepada pimpinan lintas agama yang konsen dalam menciptakan perdamaian.

Sebagai penutup agenda  pertama di hari kedua KTT Perdamaian Dunia hari ini  disajikan special performance, sebagai pesan damai bagi kita seluruh insan bumi yang harus dapat menciptakan damai bagai sesame sebagaimana ajaran agama yang hadir didalam dunia ini.

Rel

Rel

Komentar
Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan