Pusri Jamin Ketersedian Stok Pupuk Musim Tanam Aman
Jakarta – Anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) Palembang merupakan produsen pupuk urea dan NPK yang pusat produksinya berada di Sumatera Selatan memastikan stok pupuk musim tanam tersedia sesuai ketentuan dan alokasi yang telah ditetapkan.
“Memasuki musim tanam di Bulan Oktober 2021 – Maret 2022 kebutuhan pupuk untuk pertanian tentu saja meningkat. Pusri memastikan tersedianya stok pupuk urea dan NPK sesuai dengan alokasi dan ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah,” kata VP Humas PT PUSRI, Soerjo Hartono dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu (21/11).
Memasuki minggu keempat Bulan November ini, ketersediaan Stok Pupuk UREA Bersubsidi di setiap wilayah distribusi PT Pusri Palembang, antara lain:
- Provinsi Babel 2.669 ton dari 1.377 ton atau 194 persen dari ketentuan.
- Provinsi Sumsel 11.280 ton dari 8.660 ton atau 130 persen dari ketentuan.
- Provinsi Bengkulu 1.332 ton dari 1.346 ton atau 99 persen dari ketentuan.
- Provinsi Lampung 18.415 ton dari 12.044 ton atau 153 persen dari ketentuan.
- Provinsi Jateng 52.715 ton dari 47.334 ton atau 111 persen dari ketentuan.
- Provinsi DI Yogyakarta 4.239 ton dari 2.280 ton atau 186 persen dari ketentuan.
- Provinsi Bali 2.563 ton dari 3.011 ton atau 85 persen dari ketentuan.
- Provinsi NTB 19.198 ton dari 5.721 ton atau 336 persen dari ketentuan.
- Provinsi Jatim 2 61.022 ton dari 17.793 ton atau 342 persen dari ketentuan.
Sedangkan stok pupuk NPK untuk Provinsi Sumsel mencapai 6.523 ton dari 3.361 ton atau 194 persen dari ketentuan. Untuk Provinsi Lampung, stok mencapai 18.044 ton dari 7.467 ton atau 242 persen dari ketentuan yang ada.
“Kebutuhan pupuk bersubsidi tersebut telah disalurkan sesuai dengan ketentuan Pemerintah yaitu disalurkan kepada petani yang telah terdaftar dan masuk dalam e-RDKK agar mempermudah proses evaluasi dan alokasi oleh Kementerian Pertanian. Selain bertanggungjawab menyediakan pupuk bersubsidi, guna mengantisipasi lonjakan kebutuhan petani, Pusri juga menyiapkan stok pupuk non subsidi dan rangkaian produk inovasi Pusri,” jelasnya.
Untuk pupuk non subsidi sendiri, harganya ditentukan oleh mekanisme pasar, khususnya pasar internasional. Artinya, harganya naik turun tergantung dari kondisi harga pasar dunia. Saat ini, di dunia sedang terjadi lonjakan permintaan pupuk yang dibarengi dengan turunnya pasokan atau suplai di pasar internasional. Penyebabnya, antara lain, beberapa negara penghasil pupuk menghentikan sementara kegiatan ekspor guna memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Negara-negara ini, antara lain China, Rusia dan beberapa negara lain juga mengalami kesulitan pupuk untuk kebutuhan dalam negerinya.
“Kondisi ini diperparah dengan adanya krisis energi yang terjadi di Eropa. Akibatnya terjadi lonjakan harga gas dunia. Ini menyebabkan biaya produksi pupuk juga naik secara signifikan,” terangnya.
Akibatnya, banyak pabrik pupuk yang menghentikan produksinya karena biaya produksi terlalu tinggi. Karena terjadi kekurangan suplai, harga pupuk di pasar internasional kembali naik, termasuk pupuk urea. Hal inilah yang memicu terjadinya kenaikan harga pupuk yang signifikan karena permintaan melebihi suplainya, khususnya pupuk jenis DAP dan KCl Harga urea impor saat ini, adalah sekitar Rp12,7 juta per ton.
“Mengantisipasi hal tersebut diatas, Pupuk Indonesia Grup, berkomitmen untuk sedapat mungkin memberlakukan harga pupuk yang masih terjangkau dan tidak terlalu memberatkan petani dan konsumennya. Saat ini, harga yang ditetapkan oleh Pupuk Indonesia Grup sekitar 74% dari harga pupuk internasional. Pupuk Indonesia juga berkomitmen menjaga stok pupuk nasional di musim tanam ini dengan menyiapkan stok melebihi ketentuan Pemerintah,” tutupnya.
bumntrack