Media Banjarmasin
Home Daerah Pemkab Barito Kuala Gelar Rapat Koordinasi Penanganan Stunting Secara Serentak

Pemkab Barito Kuala Gelar Rapat Koordinasi Penanganan Stunting Secara Serentak

Marabahan – Sekretaris Daerah Kabupaten Barito Kuala Zulkipli Yadi Noor pimpin rapat koordinasi di Aula Bahalap, Senin (3/6/2024) terkait pelaksanaan intervensi serentak terhadap pencegahan stunting melalui pendataan, penimbangan, pengukuran, edukasi dan intervensi bagi seluruh ibu hamil, bayi di bawah lima tahun (Balita) dan Calon Pengantin (Catin) secara berkelanjutan yang akan terlaksana di Juni 2024 oleh Pemerintah Kabupaten Barito Kuala.

 

“Saya ingin, Kita bangun bersama cerita sukses dari gerakan ini, kita tidak ingin gerakan ini hanya gerakan serimonial dan yang nama gerakan serentak harus terlihat arti dan substansinya untuk tetap dapat terlihat,”kata Sekda Batola.

 

Menilik hasil penilaian Survey Kesehatan Indonesia dari target 14% di tahun 2024 sampai saat ini masih belum ada harapan. Angka nasional turun 0,1 % kemudian di Provinsi Kalsel justru naik angka 24,05%.hasil evaluasi dari tim percepatan stunting nasional yang diketuai oleh Wapres itu menyebutkan bahwa usaha kabupaten/kota belum maksimal jadi melalui surat edaran Menteri Dalam Negeri di Juni ini, seluruh Pemerintah Daerah (Pemkab) dan Pemerintah Kota (Pemko) di Indonesia agar melakukan gerakan bersama percepatan penurunan stunting.

 

Rapat dihadiri Sekretaris Daerah, Para Asisten Sekretaris Daerah, seluruh Kepala SKPD Se – Kab. Barito Kuala atau yang mewakili, Kabag Kesra, Kementrian Agama Kab. Barito Kuala (yang menangani Calon Pengantin).

 

stunting membawa banyak dampak negatif bagi tumbuh kembang anak. Mereka tidak hanya memiliki postur tubuh yang lebih pendek, tetapi juga mengalami keterlambatan dalam berbagai aspek perkembangan. Tentu hal ini tidak bagus bagi perkembangan mereka. Sebelum terlambat, mari kita bahas di bawah ini agar Ayah, Bunda, dan Sobat PAUD dapat melakukan pencegahan dini:

 

Dampak Jangka Pendek.

Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian.

Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal, yaitu:

Menghambat pertumbuhan syaraf anak sehingga fungsi kognitif akan menurun.

Perkembangan motorik lebih lamban.

Kesulitan dalam mengungkapkan bahasa ekspresif

Meningkatnya biaya kesehatan.

Faktor Pemicu Stunting Pada Anak

Dampak Jangka Panjang.

Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada umumnya).

Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya.

Menurunnya kesehatan reproduksi; d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah; dan e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.

Adapun pencegahan stunting dapat dilakukan melalui beberapa hal berikut ini:

Pada Ibu Hamil dan Proses Bersalin

Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan, merupakan suatu upaya perbaikan gizi pada masa kehamilan sampai anak berusia dua tahun.

Mengupayakan jaminan mutu antenatal care (ANC) terpadu, merupakan salah satu program kunci dalam penapisan pelayanan KIA yang dimulai saat hamil sampai pada pasca nifas. Pelayanan tersebut sangat penting bagi ibu hamil yang bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi pada masa kehamilan dan pascapersalinan.

Meningkatkan persalinan di fasilitas Kesehatan.

Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan mikronutrien (TKPM).

Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular).

Pemberantasan kecacingan.

Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA.

Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif.

Penyuluhan dan pelayanan KB.

Pada Balita

Pemantauan pertumbuhan balita.

Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita.

Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak; dan

Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

Pada Anak Usia Sekolah

Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS.

Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS).

Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba.

Pada Remaja

Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi narkoba.

Pendidikan kesehatan reproduksi.

Pada Dewasa Muda

Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB).

Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular).

Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak merokok/mengonsumsi narkoba.

rel/adv

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad