Media Banjarmasin
Home Berita MENINGKATKAN MOTIVASI PETANI: STRATEGI MEMBANGUN PERTANIAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN

MENINGKATKAN MOTIVASI PETANI: STRATEGI MEMBANGUN PERTANIAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN

 

foto artikel

Oleh: Puji Ayu Wijayanti

Mahasiswa Magister Ekonomi Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat

WhatsApp Image 2025-03-07 at 14.29.48

/

Pendahuluan

Sektor pertanian memiliki peran krusial dalam perekonomian Kalimantan Selatan. Berdasarkan data terbaru, sektor ini menyumbang 9,90% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan menjadi penyerap tenaga kerja terbesar di perdesaan dengan 52,29% penduduk bekerja di bidang pertanian.

Namun, di tengah kontribusi besarnya, tantangan yang dihadapi petani semakin kompleks. Ketidakstabilan harga komoditas, akses pembiayaan yang terbatas, rendahnya penerapan teknologi, serta kurangnya regenerasi petani menjadi faktor yang menghambat perkembangan sektor ini. Jika tidak segera diatasi, keberlanjutan pertanian di Kalimantan Selatan akan semakin terancam.

Untuk itu, diperlukan strategi yang tepat guna meningkatkan motivasi petani agar tetap berproduksi secara berkelanjutan.

Tantangan Motivasi Petani

1. Ketidakstabilan Harga dan Pendapatan Petani

Fluktuasi harga komoditas pertanian menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan ketidakpastian pendapatan bagi petani. Meskipun Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan pada 2024 mengalami peningkatan menjadi 114,35, subsektor hortikultura justru mengalami penurunan di bawah 100%. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan petani di subsektor tersebut belum mampu menutupi biaya produksi secara optimal.

Ketidakstabilan harga membuat banyak petani kehilangan kepercayaan dalam usaha tani mereka. Saat produksi melimpah, harga turun drastis, sementara saat harga tinggi, pasar sering kali diintervensi dengan impor produk sejenis. Akibatnya, petani sulit merencanakan produksi jangka panjang dan cenderung mengurangi skala usaha mereka.

2. Sulitnya Akses terhadap Pembiayaan

Banyak petani menghadapi kendala dalam memperoleh modal usaha. Data terbaru menunjukkan bahwa 371.850 rumah tangga usaha pertanian di Kalimantan Selatan tidak memiliki akses terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR). Penyebab utamanya adalah kurangnya agunan serta prosedur administrasi yang dinilai masih rumit.

Minimnya akses modal ini menyebabkan petani sulit mengembangkan usaha tani mereka, baik dalam hal pembelian sarana produksi, investasi alat pertanian modern, maupun ekspansi lahan pertanian.

3. Rendahnya Adopsi Teknologi Pertanian

Perkembangan teknologi di bidang pertanian terus meningkat, namun penerapannya di lapangan masih tergolong rendah. Hingga saat ini, 94.143 rumah tangga usaha pertanian di Kalimantan Selatan belum menerapkan teknologi modern, seperti sistem irigasi otomatis, penggunaan drone untuk pemantauan lahan, atau aplikasi digital dalam manajemen pertanian.

Padahal, teknologi pertanian dapat meningkatkan efisiensi produksi, menekan biaya operasional, serta mengoptimalkan hasil panen. Kurangnya akses informasi serta keterbatasan modal menjadi faktor utama yang menghambat petani dalam mengadopsi inovasi ini.

4. Kurangnya Regenerasi Petani

Data menunjukkan bahwa 62,09% petani di Kalimantan Selatan berusia di atas 45 tahun, sedangkan petani muda di bawah 25 tahun hanya 2%. Fenomena ini mencerminkan kurangnya minat generasi muda terhadap pertanian.

Banyak anak muda lebih memilih bekerja di sektor lain karena menganggap pertanian sebagai pekerjaan yang kurang menjanjikan dari segi ekonomi. Jika kondisi ini terus berlanjut, jumlah petani produktif akan semakin berkurang dan mengancam ketahanan pangan di masa depan.

Seperti yang dikemukakan oleh Profesor Myrdal dalam Asian Drama, kurangnya kewirausahaan dalam masyarakat bukan disebabkan oleh kelangkaan bahan mentah, melainkan oleh kurangnya individu yang memiliki sikap dan pandangan yang tepat (Fatah, 2006).

Dalam konteks pertanian, hal ini menunjukkan bahwa tantangan utama regenerasi petani bukan hanya sekadar akses terhadap lahan atau modal, tetapi juga bagaimana menanamkan pola pikir kewirausahaan kepada generasi muda agar melihat pertanian sebagai sektor yang menjanjikan dan bernilai ekonomi tinggi.

Strategi Meningkatkan Motivasi Petani

1. Stabilisasi Harga dan Jaminan Pendapatan

Untuk mengatasi fluktuasi harga, pemerintah perlu menerapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk komoditas tertentu, terutama di subsektor yang rentan terhadap penurunan harga. Dengan adanya kebijakan ini, petani akan lebih terlindungi dari kerugian saat harga pasar turun.

Selain itu, penguatan koperasi dan platform pemasaran digital dapat menjadi solusi agar petani dapat menjual hasil panennya langsung ke konsumen atau pasar yang lebih luas tanpa melalui tengkulak yang menekan harga.

2. Akses Pembiayaan yang Lebih Mudah

Pemerintah dan lembaga keuangan perlu memperluas akses pembiayaan bagi petani dengan skema yang lebih fleksibel. Kredit Usaha Rakyat (KUR) pertanian harus lebih mudah diakses dengan persyaratan yang disesuaikan dengan kondisi petani kecil dan petani muda.

Selain itu, model pembiayaan alternatif seperti crowdfunding pertanian atau kemitraan dengan startup agritech juga dapat menjadi opsi bagi petani yang ingin mendapatkan modal usaha dengan mekanisme yang lebih sederhana.

3. Mendorong Inovasi dan Penerapan Teknologi

Pemerintah, akademisi, dan sektor swasta perlu bersinergi dalam menyediakan teknologi pertanian yang lebih terjangkau dan mudah diakses oleh petani. Beberapa langkah yang dapat diterapkan antara lain:

• Penyediaan subsidi atau skema sewa alat pertanian modern agar petani dapat mencoba teknologi tanpa harus membeli secara langsung.

• Pelatihan berbasis digital yang memberikan edukasi mengenai teknologi pertanian melalui platform online atau aplikasi komunitas petani.

• Pembangunan pusat teknologi pertanian di setiap kabupaten/kota sebagai tempat demonstrasi dan pendampingan bagi petani yang ingin menerapkan inovasi terbaru.

4. Meningkatkan Peran Penyuluhan dan Dukungan Sosial

Penyuluhan pertanian perlu lebih fleksibel dan berbasis komunitas agar dapat menjangkau lebih banyak petani. Selain itu, metode penyuluhan digital melalui video tutorial, webinar, dan grup diskusi online juga dapat diterapkan untuk memperluas akses informasi.

Selain itu, pembentukan komunitas petani muda dapat menjadi strategi dalam meningkatkan regenerasi petani. Dengan adanya dukungan dari mentor dan pelaku usaha tani yang sudah sukses, generasi muda akan lebih termotivasi untuk terjun ke sektor pertanian.

5. Pengembangan Agroindustri untuk Meningkatkan Nilai Tambah

Petani tidak hanya harus fokus pada produksi bahan mentah, tetapi juga perlu diarahkan untuk mengembangkan produk olahan yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Misalnya, petani padi dapat bekerja sama dengan industri penggilingan untuk memproduksi beras premium, atau petani hortikultura dapat mengembangkan produk olahan seperti jus buah, keripik, dan selai.

Pemerintah perlu mendorong pembangunan pusat pengolahan hasil pertanian serta infrastruktur distribusi yang memadai agar produk olahan petani dapat lebih mudah dipasarkan ke ritel modern maupun ekspor.

Kesimpulan

Untuk memastikan keberlanjutan sektor pertanian di Kalimantan Selatan, peningkatan motivasi petani harus menjadi prioritas utama. Stabilisasi harga, akses pembiayaan yang lebih mudah, peningkatan adopsi teknologi, serta dukungan penyuluhan yang lebih efektif merupakan faktor-faktor kunci yang harus segera diperbaiki.

Dengan strategi yang tepat, petani akan lebih percaya diri dalam mengembangkan usaha taninya, sehingga pertanian di Kalimantan Selatan tidak hanya bertahan, tetapi juga semakin maju dan memberikan kontribusi lebih besar bagi ketahanan pangan serta perekonomian daerah.

 

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad