Lewat Kampung Iklim, Pertamina Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca
Perubahan iklim merupakan ancaman besar yang dihadapi umat manusia, dan ini merupakan perjuangan yang panjang dan sulit yang harus dimenangkan oleh dunia.
Seruan tegas untuk memerangi krisis global ini memerlukan keyakinan dan komitmen yang kuat – yang telah memaksa pemerintah dan perusahaan di seluruh dunia untuk memikirkan kembali strategi dan operasi mereka.
Pada tahun 2015, 195 negara berkumpul untuk menandatangani Perjanjian Iklim Paris, yang menetapkan kerangka kerja global untuk menghindari peristiwa berbahaya ini.
Indonesia adalah salah satu negara yang meratifikasi perjanjian tersebut dan berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
PT Pertamina (Persero) perusahaan minyak nasional milik negara, tentu saja ingin yang terdepan mengambil Net Zero Carbon Emissions (NZCE) hingga tahun 2050.
Dengan menggunakan skala, ukuran, dan posisinya, Pertamina kinerjanya selama ini telah melakukan advokasi perubahan melalui transformasi bisnis dan penggunaan sumber daya yang efisien.
Pasalnya, perubahan iklim tidak hanya mengharuskan dunia usaha untuk mengambil keputusan namun juga memerlukan koalisi dan strategi global untuk mencapai Net Zero Carbon Emissions (NZCE).
PT Pertamina harus melakukan itu semua di lini usahanya, agar bisa mencapai NZCE pada tahun 2050, dengan pendekatan holistik terhadap keberlanjutan, dengan menemukan negosiasi yang adil antara aspek Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG).
Upaya Pertamina dalam mengurangi dampak emisi gas rumah kaca berbuah manis. Terbukti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim memberikan penghargaan kepada Enam Unit Operasi Pertamina Patra Niaga.
Pertamina Patra Niaga turut menjadi salah satu pihak yang termasuk diakui perannya dalam mengurangi dampak emisi gas rumah kaca. Sebanyak 42 Program Corporate Social Responsibility (CSR) Kampung Iklim yang dikelola 6 unit operasi Pertamina Patra Niaga dianugerahi Penghargaan Proklim Tahun 2023.
Diberikannya penghargaan bagi Pertamina karena membuat program Kampung Iklim sesuai dengan visi dan tujuannya sejalan dengan upaya KLHK dalam mengurangi dampak emisi gas rumah kaca. Hal ini bukti nyata Pertamina Patra Niaga tidak hanya hadir menyediakan energi, namun juga berkontribusi dan berhasil dalam menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Enam unit operasi Pertamina Patra Niaga yang menerima Penghargaan Proklim 2023 yakni Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Sultan Thaha Jambi, DPPU Adi Soemarmo Solo, DPPU Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Fuel Terminal (FT) Maos Cilacap, Integrated Terminal (IT) Panjang Lampung, dan IT Palembang. Pertamina Patra Niaga menjadikan pencapaian itu sebagai dorongan untuk terus berkomitmen memperkuat dan berinovasi dalam seluruh program CSR yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pertamina harus terus menjalankan program CSR yang fokus pada pemberdayaan masyarakat dan pentingnya menjaga lingkungan, harapannya masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Pertamina mampu membuktikan bahwa ekonomi dan lingkungan dapat berjalan secara harmoni, sekaligus mewujudkan salah satu tujuan sustainable development goals (SDGs) nomor 13 yakni penanganan perubahan iklim, sekaligus mendukung implementasi environmental, social, governance (ESG) dengan melibatkan masyarakat dalam mengelola perubahan iklim secara berkelanjutan.
Upaya nyata Pertamina Patra Niaga bersama masyarakat dalam mengelola Program Kampung Iklim yang turut mendukung pengurangan emisi, sejalan dengan implementasi dan kontribusi terhadap pencapaian sustainable development goals (SDGs), Environmental, Social & Governance (ESG) dan mendukung target pemerintah mencapai net zero emission (NZE) 2060.
Pertamina diharapkan terus mempercepat lebih banyak lagi aksi Pembangunan Berkelanjutan, dengan mengadopsi tujuh dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB, dan mengungkapkan tiga target jangka pendek pada tahun 2024.
Tak bisa dipungkiri begitu pentingnya meminimalkan dampak jejak karbon dan menerapkan lebih banyak teknologi solusi rendah karbon. Harga pasar minyak dan gas yang tertekan telah mempersempit margin, memperkuat tekad para pelaku energi untuk melakukan transisi ke sistem dan solusi energi rendah karbon.
Pertamina harus bergerak membatasi emisi gas rumah kaca (GRK), mengurangi emisi guna memenuhi Net Zero Carbon Aspirasi emisi. Penurunan emisi yang berkelanjutan dalam jangka pendek juga mesti didukung dengan peningkatan kapasitas terpasang energi terbarukan pada tahun 2024 sebagai bagian dari strategi.
Pertamina harus mengidentifikasi penyeimbangan karbon berbasis hutan sebagai solusi yang layak untuk dipertimbangkan dalam mencapai target tahun 2050. Pendekatan holistik ini, harus dipandu dengan empat bidang organisasi, yaitu Continuous Value Creation; Menjaga Lingkungan; Dampak Sosial Positif; dan Tata Kelola yang Bertanggung Jawab. Kiprah Pertamina hingga tahun 2050 mesti dilandasi prinsip Measure, Reduce dan Offset.
Strategi ini akan memungkinkan Pertamina untuk secara bertahap mengurangi emisinya sesuai rencana, sekaligus meningkatkan efisiensi energi melalui pengurangan pembakaran hidrokarbon, ventilasi, atau penggunaan bahan bakar gas dari operasinya.
Pertamina juga menempatkan energi terbarukan dan hidrogen sebagai penyeimbang energi serta penyeimbang karbon berbasis alam. Pertamina juga bisa memanfaatkan teknologi dalam strateginya menggunakan penangkapan dan penyimpanan karbon, serta solusi teknologi lainnya termasuk penyimpanan energi, elektrifikasi turbin gas, dan turbin angin.
Pertamina memanfaatkan teknologi digital guna mengoperasionalkan lini usahanya dengan mengacu pada prinsip-prinsip penghitungan, pengurangan, dan penyeimbangan Gas Ruma Kaca yang akurat dan transparan.
Kompleksitas bisnis yang terkait dengan keberlanjutan memerlukan kolaborasi yang efektif antara industri, pembuat kebijakan, pelanggan, dan pemangku kepentingan lainnya. Inovasi teknologi juga perlu dikembangkan ke arah solusi yang lebih hemat biaya, dan konsumen serta investor perlu merangkul transisi energi dan melakukan pendekatan keberlanjutan secara holistik.
*) anang fadhilah, wartawan media banjarmasin