HWPL Peace Workshop: Perundungan dan Kekerasan Sebagai Bentuk Krisis Pola Pikir Perdamaian Dalam Keberagaman
Dengan tema “Perdamaian Dalam Keberagaman. Jadilah Cerdas, Jangan Mulai: Stop Perundungan dan Kekerasan”, Organisasi Perdamaian Internasional, HWPL, mengadakan Peace Workshop pada hari Selasa, 27 Juni 2023 secara daring dan dihadiri oleh 18 peserta dari media, komunitas sosial, bidang pendidikan, dan masyarakat umum.
Melihat semakin meningkatnya kasus perundungan dan kekerasan di kalangan generasi muda Indonesia sejak awal tahun sampai dengan Mei 2023, HWPL sebagai Organisasi Non-Pemerintahan yang berfokus di bidang perdamaian internasional mengumpulkan para tokoh masyarakat untuk melakukan training dan diskusi. Mewakili media yaitu Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Kalimantan Tengah, Hairil Supriadi dan Pemimpin Redaksi Harian Jurnal, Ahmad Yani – sebagai pembicara utama pada sesi pertama.
Pentingnya literasi media, saling menghargai keberagaman, menanamkan budaya perdamaian, meningkatkan pendidikan agama, verifikasi informasi, serta bijak menggunakan media sosial berlandaskan wawasan hukum adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai upaya mengubah pola pikir dalam pencegahan perundungan dan kekerasan. Hal ini disampaikan oleh para peserta workshop dalam sesi kedua, yaitu ruang diskusi terbuka dengan topik “Bagaimanakah peran media, institusi pendidikan, dan komunitas umum dalam mengubah pola pikir masyarakat sebagai upaya pencegahan perundungan dan kekerasan ? Tidak lupa disampaikan, bahwa elemen penting lainnya yang perlu dilibatkan juga adalah kontrol masyarakat dan negara.
“Penyebabnya bisa dari factor kurikulum pendidikan dan juga budaya feodalisme yang masih kental di lingkungan masyarakat kita yang menimbulkan terciptanya kelompok-kelompok tertentu. Generasi muda ini sebetulnya paham bagaimana cerdas menggunakan Media Sosial hanya seringkali situasi menciptakan tindakan perundungan dan kekerasan secara elektronik,” kata Ahmad Yani ketika memberi materi dalam workshop.
“Khususnya kepada para relawan perdamaian, diharapkan bisa memberikan tambahan edukasi kepada masyarakat-masyarakat karena bisa berdampak hukum ataupun dampak psikologis bagi korban kekerasan, perlu diperhatikan juga bagaimana anak bergaul.” Tambah Hairil Supriadi, Ketua AMSI Kalteng dalam pemaparannya.
Kerja sama menanamkan pola pikir perdamaian di Indonesia dengan cara berkolaborasi dan sosialisasi secara massif dan berkelanjutan, dengan melibatkan para pakar seperti pakar agama, pakar hukum, atau pihak pemerintahan juga diajukan sebagai salah satu solusi praktis dalam mengurangi perundungan dan kekerasan ini.
Dalam akhir sesi, peserta juga mendapatkan informasi mengenai Kurikulum Pendidikan Perdamaian HWPL yang menekankan kepada kesucian hidup, loyalitas dan kesalehan anak, serta hidup berdampingan dan berkelanjutan.
Silahkan mengunjungi situs resmi HWPL Profil HWPL untuk informasi lebih lanjut mengenai keanggotaan HWPL.
Rel